Jumat, 14 Mei 1999

LOVE UNDER THE MISTLETOE CHAPTER 13


CHAPTER XIII

ALLAN


by  Tuktuk

“Blew, kamu ke dalam dulu saja... Aku masih ada urusan sama orang ini...” ujar kak Riko pelan.
“Oh, oke..” balasku.
“Eh tunggu dulu! Gue belom kenalan tuh”tiba-tiba sang tamu setengah berteriak berujar kearahku.

Aku menoleh tepat saat aku baru saja hendak melangkahkan kakiku meninggalkan ruang depan.

“Gue Allan.”
“Oh, aku Danny...”
“Wah, namanya Danny ya...”

Aku tersenyum tipis. Jujur aku tidak begitu menyukai orang yang datang ini. Gaya bicaranya yang ceplas ceplos dan mungkin dengan maksud yang tidak baik. Kak Riko selalu ramah dengan semua orang, tetapi untuk tamu ini, ia bersikap seolah tidak nyaman. Orangnya sih ganteng, kulitnya putih, tingginya lebih sedikit dariku, badannya juga sedikit lebih berisi. Hmmh, siapa ya dia?

Dengan sedikit gontai aku memasuki kamar kak Riko. Aku segera duduk diatas kasur, dan kembali menemui kak Wildan via Skype.

“Kok cemberut?” tanya kak Wildan.
“Ada tamu yang kurang sopan...” ujarku.
“Tamu yang tadi? Kenapa?”
“Kayaknya kak Riko kurang suka sama dia, dia ceplas ceplos gitu, sok-sok bilang selera kak Riko ga berubah...”

Eh tunggu dulu! Kok dia bilang gitu? Berarti dia tau kak Riko dan aku? Selera ga berubah? Apa dulu kak Riko juga pernah menjalin hubungan seperti ini?

“Siapa tuh? Tumben si monyet ada musuhnya” ujar kak Wildan.
“Ga tau, temen kuliah mungkin kak...Dia bilang namanya Allan”
“HAH?! A?? ALLAN??”
“Iya kak... Kenapa?”

Kali ini kak Wildan yang terkejut. Aku tidak mengerti apa yang terjadi disini. Apa yang tersembunyi disini dan mengapa kak Wildan juga kak Riko tidak senang dengan pria bernama Allan itu.

“Kenapa kak???”
“Allan? Orangnya putih dan agak sipit?”
“Iya bener...”
“My God...Dek, apapun yang terjadi nanti kamu Cuma denger kata-kata aku, Laura dan Riko, Ok?”
“Apapun? Emang kenapa?”
“Percayalah dengan kami bertiga...”
“Aku ga mengerti kak...”
“Nanti, nanti, kami akan ceritakan semuanya... Bersabarlah dulu...”
“Ah, kak Wildan jahat... Ayolah...”
“Aku ga enak ceritainnya, tanyalah ke Riko saja...”
“Huh...”
“Jangan cemberut dong...”
“Males ah kalo dibuat penasaran...”
“Duh... coba kamu tanya ke Riko ya, aku rasa dia lebih berhak”
“Oke deh, aku tanya ke dia ya... webcamnya aku matiin ya kak?”
“Kenapa?”
“Takutnya lama, kasian kamu nunggu...”
“Oh, ok....”

Aku menutup windows skype, lalu menjelajah isi laptop kak Riko. Tamu itu masih didepan sepertinya. Kalau memang tidak ada yang mau memberi tahuku, ada baiknya jika aku cari tau sendiri.

Aku menelusuri senarai folder satu demi satu, mulai dari yang hidden sampai yang tersembunyi diantara folder-folder lain. Sampai suatu ketika aku bingung melihat folder bernama ‘Memory’.

“Aku mulai membuka folder itu dan melihat kumpulan foto. Tunggu,ini bukan foto biasa. Ini foto kak Riko, kak Wildan dan... Alan! Banyak. Banyak sekali, sepertiinya mereka benar-benar akrab. Lantas mengapa sikapnya menjadi seperti itu sekarang? Seperti orang yang tidak saling kenal.

Aku harus menanyakan ini. Baru saja tanganku akan menutup folder itu aku bingung melihat foto terakhir. Tangan, dua tangan... Satu tangan kak Riko. Aku mengenali dari jempolnya dan satu lagi tangan siapa aku tak tahu... Dan tangan itu saling menempel satu sama lain dengan simbol Love yang disatukan dan digambar setengah pada masing-masing tangan. Oh my God! Apa yang terjadi diantara mereka!

“Blew?” suara kak Riko mengagetkanku.
Aku tersentak.
“Kamu ngapain?” tanyanya.
Aku tak bisa menjawab.
“Blew?” ujarnya sambil mendekat.
“Kamu, kamu ada apa dengan Allan?”

Air muka kak Riko berubah. Ia nampak gusar.
“Ceritain ke aku kak...”
Kak Riko tak mau menjawab. 
“Fine, aku akan cari tau sendiri...” ujarku sambil meninggalkannya.
“Dan...”

Aku menoleh.
“Kakak sayang Danny...”
“Then tell me, everything kak...”

Kak Riko masih terdiam.

“Fine...” aku berlalu meninggalkannya.

Jika kak Riko tak mau menceritakannya, aku yang akan mencari tahu sendiri. 

“Dan! Danny! Mau kemana kamu!” ujar kak Riko setengah berteriak.

Aku tak menggubris panggilan kak Riko. Aku terus saja berlalu ke depan kost.

“Belum banyak yang berubah disini” ujar sang tamu.
“Lho, masih disini?” tanyaku bodoh.
“Iyalah, bukan masih disini... Aku bakalan terus disini..”
“Maksudnya?”
“Kamar bekas Wildan kosong kan?”

Mataku setengah melotot, aku mulai tidak menyukai tamu ini.

“Aku udah urus semuanya, besok aku mungkin sedikit merepotkanmu, aku Cuma mau ambil apa yang aku punya dulu, mohon pengertiannya...” ujarnya.

Aku mengernyitkan dahi. Fu*k! Entah apa yang ada dipikiran orang ini! Aku benar-benar badmood! Aku ga ngerti apa yang dia omongkan, aku juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku seperti orang yang dibodohi disini. Aku harus mencari tahu.

Aku berlari kencang untuk bisa sampai di kost Laura. Ia pasti tahu banyak tentang semua ini. Selama aku berlari kurasakan HP ku bergetar beberapa kali. Aku mengeceknya, kudapati 5 pesan dari Kak Riko menanyakan dimana aku. 

Tok tok tok! Ku ketuk pintu kost Laura sedikit kencang.

“Eh, Danny... Tumben main kesini, biasanya ga pernah ninggalin kost...” sapa Laura.
“Ehh... nggak Laura. Aku, Cuma mau tanya tanya sesuatu. Boleh?”
“Silakan...”
“Tentang Allan...”
“Hah?” kini Laura yang melotot.

Entah kenapa semua orang seperti terkejut dengan kehadiran Allan. Aku semakin bingung.

“Tolong ceritakan Laura, ceritakan semuanya!”
“Aku... Aku bingung, Danny... Riko?”
“Kak Riko dan Kak Wildan semuanya bungkam... Aku ga suka sama Allan, dia keliatan ga sopan dan ga punya niat baik untuk ngekost disana...”
“Nge- ngekost????”
“Iya, kayaknya dia nempati kamar kak Wildan dulu...” ujarku.
“Oh tuhan...” kini Laura menepuk jidatnya.
“Please, Laura... ceritain..” pintaku.
“Oke... Oke..”
“Allan itu sepupuku Danny. Dia dulu tinggal disini, di kota ini. Aku juga dulu tinggal bersama dia dan keluarganya.”
“Terus?”
“Sejak awal masuk kuliah, aku berkenalan dengan Riko, kami akrab dan semakin mengenal satu sama lain, termasuk Wildan. Lalu, Riko dan Wildan mulai sering main ke rumah pamanku, tempat aku tinggal dulu...Disitu dia kenal dengan Allan” sambungnya.
“Paman sibuk dengan bisnis dan perusahaanya, sampai kemudian dia pindah ke Jakarta untuk mengurus tender yang lebih besar lagi. Allan waktu itu masih SMA kelas 3, ia ditawarkan untuk tinggal disini sementara keluarganya pindah ke Jakarta. Tetapi Allan menolak, dia lebih memilih ngekost bersama Riko dan Wildan”
“Dia kan punya rumah disini?” tanyaku
“Iya, tapi Allan tidak mau sendirian disini, akhirnya dia ngekost dengan Riko dan Wildan, rumah itu juga dijual oleh keluarganya.”
“Lalu? Mereka begitu akrab, begitu mengenal satu sama lain, aku melihat foto-foto mereka dari foplder kak Riko” sambungku.
“Iya, Riko juga pernah jadian dengan Allan...”

Aku tersentak. Laura tau? Laura tau masa lalu kak Riko??? 
“Ka... Kamu tau kak Riko itu...”
“Iya, aku tau...”
“Aku kira kamu suka sama kak Riko”
“Haha, aku hanya temenan. Best friend, just it. Riko yang cerita bahwa Allan adalah pacar pertamanya.”

Oh... kerongkonganku rasanya mendadak tersumbat.

“Aku terusin ya...”

Aku mengangguk.
“Riko jadian dengan Allan, kemudian semuanya berbalik 180 derajat saat kami tau bahwa Allan juga menjalin affair dengan Wildan...”
“Serumit itukah?” mata ku melotot.
“Iya” ujarnya sambil mengangguk.
“Wildan saat itu bingung, menurut pengakuannya sih dia juga lagi bingung sampai suatu ketika Allan yang menciumnya, sejak saat itu mereka berhubungan rahasia, Riko tidak pernah bercerita tentang hubungannya dengan Allan kepada Wildan, mereka berdua saling menutupi”
“Lalu, bagaimana bisa ketauan?”
“Riko yang memergoki mereka. Kejadiannya sama kayak pas Wildan nembak kamu”

Muka ku memerah.

“Laura tau?”
“Iyalah, Wildan sama Riko yang cerita” ujarnya sambil tersenyum.
“Waktu itu mereka berantem hebat, sampai aku yang bingung melerainya. Allan mungkin merasa bingung, dia memutuskan pindah dan melanjutkan studi di Jakarta bersama keluarganya.”
“Terus, kak Riko dan kak Wildan?”
“Mereka baru bisa baikan setelah aku yang saling bujuk untuk bisa saling maafan. Hingga bisa akrab lagi, tapi sejak saat itu Wildan tidak pernah pacaran sedangkan Riko menjadi playboy, aku ga ngerti apa yang mereka pikirkan sampai akhirnya kamu datang”
“Maksudnya?”
“Sejak kamu datang, Dan... Aku ngeliat mereka kayak dulu lagi, Riko jadi semangat lagi, Wildan lebih ceria, entahlah, disatu sisi aku juga mikir suatu saat kisah kemarin bisa terulang lagi, dan syukrulah nggak...”

Aku tersenyum.

“Aku kira kak Riko masih menyembunyikan rahasia, aku kira kak Riko ga mau ceritain”
“Pasti ada alasannya Dan, dia cinta sama kamu, dia selalu cerita tentang kamu apalagi sebelum dia nembak kamu...”
“Oh ya?”
“Iya, dia kayak orang bego, dia cerita Danny gini gini... Danny begitu, Danny Danny dan Danny”
“Dasar tuh orang”
“Sana noleh, didepan pager ada yang nungguin” ujar Laura

Aku menoleh ke belakang. Itu Kak Riko!

“Sudah denger semuanya?” ujarnya.

Aku mengangguk pelan.

“Masih ragu sama aku?”
Aku menggeleng.

“Aku sayang kamu, Kak...” bisikku
“Aku juga sayang kamu, Danny” bisiknya. 


to be continued

LOVE UNDER THE MISTLETOE CHAPTER 12

CHAPTER XII
THE EMPTY ROOM


by  Tuktuk

What comes to your mind when you heard ‘pacaran’ ? Candle light dinner ? Watching movies ? Reading books? Seducing massages (ehm) ? Haha... Sayangnya tidak semua hal romantis aku dapatkan selama seminggu terakhir resmi berpacaran dengan kak Riko. Hampir semua kegiatan orang berpacaran yang standar kami jalani bersama. Nonton? Sudah, Makan malam berdua ? Sudah. Mungkin kami harus memikirkan hal yang ekstrim supaya tidak bosan. 
Selama seminggu terakhir ini juga aku merindukan seseorang. Orang yang biasanya ada diantara kami bertiga. Orang yang biasanya ada disela-sela makan malam. Orang yang setiap pagi menyambutku dengan seyuman teduh dari wajahnya. Kak Wildan. Sedang apa dia sekarang? Aku merasa begitu kehilangan sosoknya. 
Setiap pagi sebelum aku berangkat kekampus diantar oleh kak Riko, aku menengok ke kamar yang kosong itu. Pintu yang tidak lagi terbuka atau tertutup. Aku kangen kak Wildan. 
Dengan cepat aku ketik sms untuk kak Wildan.

‘To : Kak Wildan’
“Apa kabar kak? Kapan main kesini lagi?”

SENT! Hmmh... Aku menghela nafas panjang. Bisa juga aku kangen orang itu.

Drrt... Drrrtt... Kurasakan HP ku bergetar , ini pasti dari kak Wildan.

“Kenapa? Kangen ya? Take care, Dek... I miss you like crazy, tunggu kk ada libur ya kk pasti kesana”

Entah kenapa aku tersenyum membaca sms itu. Tersenyum senang, mungkin aku terlalu kangen sama dia, jadi sms dia saja sudah buat aku tersenyum.

“Blew... Lagi ngapain? Senyum senyum..” suara kak Riko mengagetkanku.
“Eh.. Enggak... lagi sms-an aja...”
“SMS-an sama siapa? Selingkuhan???” mata kak Riko melotot.

Aku tersenyum lebar.

“Hm... Kasih tau ga ya?”
“Haish kamu Blew.. Awas ya kalau selingkuh, aku yang hajar selingkuhan kamu... Karena udah berani rebut pacarku...”
“Dasar kamu...” ujarku.

Aku lalu melingkarkan kedua tanganku di leher kak Riko. Lalu kak Riko mendekapku dalam. Aku suka memeluk kak Riko. Aku suka semuanya.
“Brew... wangi kamu enak, aku suka wangi sabun yang ini dari yang kemarin...” ujarku.
“Masa? Hehe, jadi tiap menit aku mesti mandi dong” bisiknya.
“Hahah, aku suka kamu, suka aroma kamu mandi atau gak mandi” 
“Ga usah mandi ajalah kalau begitu”
“Dasar...” 

Tanganku mencubit pinggang kak Riko. Ia lalu melepaskan aku dari pelukannya.

“Sakit, Blew... Kamu juara deh kalau nyubit orang... Beneran sakit...”
“Aku suka sih usilin kamu, apalagi nyubitin kamu haha..”
“Aku balas yaa....”

Kak Riko lalu menyambarku dan aku langsung meringkuk. Aku dipeluknya. Tubuhnya seperti menyelimuti tubuhku, aku yang hanya bisa menunduk membelakanginya. Sedangkan ia seperti menimpaku dari atas menyelimuti tubuhku.

“Aaaaaakkhh...” aku menjerit saat telingaku digigit oleh kak Riko.

Tidak sakit memang, tapi geli. Geli sekali.

“Haha... lagi Blew?” ujarnya.
“Nggaaakkk ampun kak...” 
“Makanya jangan cubit aku, aku makan kamu nanti”
“Kanibal jorok!”
“Haha.. Mana kopi untuk pacarmu ini, Blew?”
“Sabar... Aku mandi dulu ya...”
“Ikut boleh?”
“Kan kamu udah mandi” jawabku.
“Sama kamu mandi seharian ga papa deh...”
“Maunya... wek...” ledekku sambil berlalu.

Aku bersiap-siap untuk menuju kampus. Pakaian sudah rapi, sarapan sudah, kopi untuk pacar sudah. Lengkap, I am ready to go! 
“Brew... Kamu mau antar atau aku pergi sendiri?”
“Antar dong, pacar sendiri....masa dibiarin jalan...”
“Deket juga dari kost... Biasanya kita juga jalan kaki...”
“Kan kalo naik motor kamu bisa peluk aku, Blew” ujar kak Riko.

Kak Riko selalu memutar arah jika mengantarku ke kampus. Biar bisa lebih lama nempel-nempelan katanya. Jadi, kost ku yang begitu dekat dengan kampus harus kami lewati dengan memutar arah, lalu putar balik dan menuju ke kampus. Begitu setiap hari. Teman-teman kampus sih sudah mulai nanya-nanya. Siapa yang antar? Tumben diantar? Pacar ya? Sambil menggoda-goda aku. Terutama yang cewe. Ada juga yangmengenal kak Riko. Korban kak Riko mungkin. 
“Blew aku kuliah dulu...”
“Belajar yang rajin ya sayang...”
“Kamu itu yang semangat skripsi nya... Jangan kalah sama kak Wildan”
“Buat kamu, pasti semangat terus...” ujarnya.

Aku tersenyu tipis sambil berbalik dan berjalan santai menuju kampus. Aku suka semuanya, kuliah, teman, dan pacarku. Aku suka semuanya.

****

Selama kuliah ini fikiranku melayang memikirkan kak Riko. Kadang aku tersenyum sendiri, karena tingkah polahnya yang spontan dan sedikit ceroboh. Pernah kami tak sengaja mengotori baju kami di pagi hari, karena saat aku mengaduk kopi untuknya ia memelukku dari belakang. Aku geli. Aku tak suka dikejutkan seperti itu, lantas aku setengah melompat dan menjatuhkan gelas itu. Tidak luka sih, tapi panas T.T. Kak Riko benar-benar merasa bersalah, tapi aku tidak marah atau kesal, itu kan bagian dari cerita kami. 
Ahh, lagi apa sih dia sekarang? 
“To : Kak Riko
“Brew, kamu lagi apa?”

Sent! Hhihi.. Aku benar-benar tidak fokus mendengarkan kuliah yang disampaikan didepan. Fikiranku mengarahkanku ke kenangan saat kami bertiga, saat masih ada kak Wildan. Huffh.... Aku selalu merasa seperti ada lubang dihati ini, sesuatu yang hilang dan tak tau harus aku cari dimana. Kak Wildan. Cinta? Tidak, sepertinya bukan... Tapi aku merindukan sosok yang selalu ada menghangatkan kami bertiga. Sosok dia..

“To: Kak Wildan
“Kakak... Aku kangen”

Astaga! What i’ve done! Aku baru saja melakukan hal bodoh dengan mengirim pesan seperti itu! Mestinya aku tambahin embel-embel, sepi kek, apa kek... Kalau begitu nanti kak Wildan ngira aku kangen dia dan... suka... Ahhh tidaaaaaaakk...

Drt.. Drt.. ada sms masuk!

“From : Kak Riko
“Lagi ngeliatin kamu...”
Hah? Aku sedikit melongo membaca sms itu. Aku balas.

“To : Kak Riko
“Maksudnya? Kamu ga jelas...”

Aneh, apa maksudnya lagi ngeliatin aku...Drrtt Drrtt

“From : Kak Riko
“Coba noleh ke halaman depan kampusmu...”

Hah? Apa maksudnya ini? Aku menoleh ke samping dan... Kak Riko! Duduk dengan motornya diparkiran kampusku! Ruang kuliahku menghadap halaman fakultas dan kebetulan aku duduk disamping jendela kaca ini. Jelas aku bisa melongok keluar juga dilihat dari luar. 

Ngapain sih? Dasaarrr... Aku melihat kak Riko keluar dan memberi tanda heran dengan memutarkan telunjukku ke atas. Ia hanya membalas dengan senyuman. Aneh... Begitu Pak Mada mengakhiri perkuliahan siang itu, aku segera keluar dan menghampirinya.

“Ngapain sih kak kamu kesini?” tanyaku.
“Bimbingan kelar, ya aku jemput pacarku dong... Emang ga boleh?”
“Ih, nanti temen-temenku curiga..”
“Biarin... Ayo naik, peluk yang erat ya...”
“Ogahhh...” ujarku sambil naik ke motornya.

Motor kak Riko melaju mengantar kami ke kantin Hasanah. Tempat dimana kami biasa memesan makan siang. Aku selalu teringat makan siangku pertama dengan kak Riko. Teringat kejadian saat aku harus berhujan dengan kak Wildan. Teringat semuanya.

“Kamu mau makan apa Blew?”
“Aku... Aku lagi malas makan disini...”
“Mau makan tempat lain?”
“Nggak... Aku pesen yang biasa aja... Tapi nggak disini ya... Dirumah aja..”
“Oke..”

Kami bergegas kekost dan sekali lagi, aku terhenti saat melewati kamar bekas kak Wildan. Aku menatap pintu yang kokoh itu lekat-lekat. Kak Riko sepertinya menyadari hal itu.

“Kangen ya sama si monyet?”

Aku mengangguk. 

“Sini... ikut...” ujar kak Riko sambil berlalu ke kamarnya.
Ia lalu membuka laptopnya dan mengotak-atiknya untuk beberapa saat. 

“Sini... Ini ada dia!”

Aku mengernyitkan dahi. Maksudnya? Hmm... Aku berjalan ke arah kak Riko, duduk disebelahnya. Astaga, itu kak Wildan! Kami melakukan video conference! Duh, bodohnya aku... tentu saja bisa bertemu kan ada Skype, ada internet, ada YM ada semuanya!

“Hai kak!” sapaku
“Hai cute...” balas kak Wildan dari jauh.
“Heh,nyet... dia udh jadi pacar orang jangan asal muji...” balas kak Riko.

Aku lalu mencubit perut kak Riko. Ia cuma bisa mengerang. Kak Wildan tertawa kecil dari kejauhan.
“I miss you kak.. Kamar kamu jadi kosong, rumah ini juga sepi banget...”
“I miss you too, Dek... Ini capek banget abis kerja... masih bingung juga sama kondisi di kost baru...” ujarnya.
“Gue ga kangen sama elu nyet” tiba-tiba kak Riko menggoda kak Wildan.
“Halahh ga penting elu... Gimana dan? Ada tanda-tanda si Riko bertingkah aneh? Buat kamu kesel?”
“Hahaa... nggak kak.. we’re fine...”

Tok! Tok! Ku dengar pintu depan diketuk. Kak Riko beranjak dari kasurnya dan segera kedepan.

“Bentar kak... Ada yang dateng...”
“Siapa?”
“Ya ga tau, makanya kak Riko lagi bukain pintu.. Hehe....”

Aku mengobrol untuk beberapa saat dengan kak Wildan. Sedikit mengobati rasa kangenku kepadanya. Sudah lima menit kak Riko tak kembali ke kamar. Siapa didepan? Teman kuliah kah?

“Kak, aku kedepan dulu ya.... mau cek siapa yang dateng..”
“Oke... “ balasnya.

Aku beranjak meninggalkan kamar kak Riko. Melangkah kedepan dan mendapati seorang pria seumuranku berdiri didepan kost kami. Sepertinya kak Riko memasang muka serius. Kenapa kak Riko ga menyuruhnya masuk? 

“Kok ga disuruh masuk kak?” tanyaku.

Kak Riko sedikit terkejut. 
“Hah... nngg... nggak perlu, Dan...”
“Siapa itu?” ujar sang tamu.
“Bukan urusanmu..” jawab kak Riko.
“Oh... Seleramu ga berubah ya...” jawabnya lagi.

Aku bingung. Maksudnya apa? Siapa orang yang datang ini?

to be continued...

LOVE UNDER THE MISTLETOE CHAPTER 12

CHAPTER XII
THE EMPTY ROOM


by  Tuktuk

What comes to your mind when you heard ‘pacaran’ ? Candle light dinner ? Watching movies ? Reading books? Seducing massages (ehm) ? Haha... Sayangnya tidak semua hal romantis aku dapatkan selama seminggu terakhir resmi berpacaran dengan kak Riko. Hampir semua kegiatan orang berpacaran yang standar kami jalani bersama. Nonton? Sudah, Makan malam berdua ? Sudah. Mungkin kami harus memikirkan hal yang ekstrim supaya tidak bosan. 
Selama seminggu terakhir ini juga aku merindukan seseorang. Orang yang biasanya ada diantara kami bertiga. Orang yang biasanya ada disela-sela makan malam. Orang yang setiap pagi menyambutku dengan seyuman teduh dari wajahnya. Kak Wildan. Sedang apa dia sekarang? Aku merasa begitu kehilangan sosoknya. 
Setiap pagi sebelum aku berangkat kekampus diantar oleh kak Riko, aku menengok ke kamar yang kosong itu. Pintu yang tidak lagi terbuka atau tertutup. Aku kangen kak Wildan. 
Dengan cepat aku ketik sms untuk kak Wildan.

‘To : Kak Wildan’
“Apa kabar kak? Kapan main kesini lagi?”

SENT! Hmmh... Aku menghela nafas panjang. Bisa juga aku kangen orang itu.

Drrt... Drrrtt... Kurasakan HP ku bergetar , ini pasti dari kak Wildan.

“Kenapa? Kangen ya? Take care, Dek... I miss you like crazy, tunggu kk ada libur ya kk pasti kesana”

Entah kenapa aku tersenyum membaca sms itu. Tersenyum senang, mungkin aku terlalu kangen sama dia, jadi sms dia saja sudah buat aku tersenyum.

“Blew... Lagi ngapain? Senyum senyum..” suara kak Riko mengagetkanku.
“Eh.. Enggak... lagi sms-an aja...”
“SMS-an sama siapa? Selingkuhan???” mata kak Riko melotot.

Aku tersenyum lebar.

“Hm... Kasih tau ga ya?”
“Haish kamu Blew.. Awas ya kalau selingkuh, aku yang hajar selingkuhan kamu... Karena udah berani rebut pacarku...”
“Dasar kamu...” ujarku.

Aku lalu melingkarkan kedua tanganku di leher kak Riko. Lalu kak Riko mendekapku dalam. Aku suka memeluk kak Riko. Aku suka semuanya.
“Brew... wangi kamu enak, aku suka wangi sabun yang ini dari yang kemarin...” ujarku.
“Masa? Hehe, jadi tiap menit aku mesti mandi dong” bisiknya.
“Hahah, aku suka kamu, suka aroma kamu mandi atau gak mandi” 
“Ga usah mandi ajalah kalau begitu”
“Dasar...” 

Tanganku mencubit pinggang kak Riko. Ia lalu melepaskan aku dari pelukannya.

“Sakit, Blew... Kamu juara deh kalau nyubit orang... Beneran sakit...”
“Aku suka sih usilin kamu, apalagi nyubitin kamu haha..”
“Aku balas yaa....”

Kak Riko lalu menyambarku dan aku langsung meringkuk. Aku dipeluknya. Tubuhnya seperti menyelimuti tubuhku, aku yang hanya bisa menunduk membelakanginya. Sedangkan ia seperti menimpaku dari atas menyelimuti tubuhku.

“Aaaaaakkhh...” aku menjerit saat telingaku digigit oleh kak Riko.

Tidak sakit memang, tapi geli. Geli sekali.

“Haha... lagi Blew?” ujarnya.
“Nggaaakkk ampun kak...” 
“Makanya jangan cubit aku, aku makan kamu nanti”
“Kanibal jorok!”
“Haha.. Mana kopi untuk pacarmu ini, Blew?”
“Sabar... Aku mandi dulu ya...”
“Ikut boleh?”
“Kan kamu udah mandi” jawabku.
“Sama kamu mandi seharian ga papa deh...”
“Maunya... wek...” ledekku sambil berlalu.

Aku bersiap-siap untuk menuju kampus. Pakaian sudah rapi, sarapan sudah, kopi untuk pacar sudah. Lengkap, I am ready to go! 
“Brew... Kamu mau antar atau aku pergi sendiri?”
“Antar dong, pacar sendiri....masa dibiarin jalan...”
“Deket juga dari kost... Biasanya kita juga jalan kaki...”
“Kan kalo naik motor kamu bisa peluk aku, Blew” ujar kak Riko.

Kak Riko selalu memutar arah jika mengantarku ke kampus. Biar bisa lebih lama nempel-nempelan katanya. Jadi, kost ku yang begitu dekat dengan kampus harus kami lewati dengan memutar arah, lalu putar balik dan menuju ke kampus. Begitu setiap hari. Teman-teman kampus sih sudah mulai nanya-nanya. Siapa yang antar? Tumben diantar? Pacar ya? Sambil menggoda-goda aku. Terutama yang cewe. Ada juga yangmengenal kak Riko. Korban kak Riko mungkin. 
“Blew aku kuliah dulu...”
“Belajar yang rajin ya sayang...”
“Kamu itu yang semangat skripsi nya... Jangan kalah sama kak Wildan”
“Buat kamu, pasti semangat terus...” ujarnya.

Aku tersenyu tipis sambil berbalik dan berjalan santai menuju kampus. Aku suka semuanya, kuliah, teman, dan pacarku. Aku suka semuanya.

****

Selama kuliah ini fikiranku melayang memikirkan kak Riko. Kadang aku tersenyum sendiri, karena tingkah polahnya yang spontan dan sedikit ceroboh. Pernah kami tak sengaja mengotori baju kami di pagi hari, karena saat aku mengaduk kopi untuknya ia memelukku dari belakang. Aku geli. Aku tak suka dikejutkan seperti itu, lantas aku setengah melompat dan menjatuhkan gelas itu. Tidak luka sih, tapi panas T.T. Kak Riko benar-benar merasa bersalah, tapi aku tidak marah atau kesal, itu kan bagian dari cerita kami. 
Ahh, lagi apa sih dia sekarang? 
“To : Kak Riko
“Brew, kamu lagi apa?”

Sent! Hhihi.. Aku benar-benar tidak fokus mendengarkan kuliah yang disampaikan didepan. Fikiranku mengarahkanku ke kenangan saat kami bertiga, saat masih ada kak Wildan. Huffh.... Aku selalu merasa seperti ada lubang dihati ini, sesuatu yang hilang dan tak tau harus aku cari dimana. Kak Wildan. Cinta? Tidak, sepertinya bukan... Tapi aku merindukan sosok yang selalu ada menghangatkan kami bertiga. Sosok dia..

“To: Kak Wildan
“Kakak... Aku kangen”

Astaga! What i’ve done! Aku baru saja melakukan hal bodoh dengan mengirim pesan seperti itu! Mestinya aku tambahin embel-embel, sepi kek, apa kek... Kalau begitu nanti kak Wildan ngira aku kangen dia dan... suka... Ahhh tidaaaaaaakk...

Drt.. Drt.. ada sms masuk!

“From : Kak Riko
“Lagi ngeliatin kamu...”
Hah? Aku sedikit melongo membaca sms itu. Aku balas.

“To : Kak Riko
“Maksudnya? Kamu ga jelas...”

Aneh, apa maksudnya lagi ngeliatin aku...Drrtt Drrtt

“From : Kak Riko
“Coba noleh ke halaman depan kampusmu...”

Hah? Apa maksudnya ini? Aku menoleh ke samping dan... Kak Riko! Duduk dengan motornya diparkiran kampusku! Ruang kuliahku menghadap halaman fakultas dan kebetulan aku duduk disamping jendela kaca ini. Jelas aku bisa melongok keluar juga dilihat dari luar. 

Ngapain sih? Dasaarrr... Aku melihat kak Riko keluar dan memberi tanda heran dengan memutarkan telunjukku ke atas. Ia hanya membalas dengan senyuman. Aneh... Begitu Pak Mada mengakhiri perkuliahan siang itu, aku segera keluar dan menghampirinya.

“Ngapain sih kak kamu kesini?” tanyaku.
“Bimbingan kelar, ya aku jemput pacarku dong... Emang ga boleh?”
“Ih, nanti temen-temenku curiga..”
“Biarin... Ayo naik, peluk yang erat ya...”
“Ogahhh...” ujarku sambil naik ke motornya.

Motor kak Riko melaju mengantar kami ke kantin Hasanah. Tempat dimana kami biasa memesan makan siang. Aku selalu teringat makan siangku pertama dengan kak Riko. Teringat kejadian saat aku harus berhujan dengan kak Wildan. Teringat semuanya.

“Kamu mau makan apa Blew?”
“Aku... Aku lagi malas makan disini...”
“Mau makan tempat lain?”
“Nggak... Aku pesen yang biasa aja... Tapi nggak disini ya... Dirumah aja..”
“Oke..”

Kami bergegas kekost dan sekali lagi, aku terhenti saat melewati kamar bekas kak Wildan. Aku menatap pintu yang kokoh itu lekat-lekat. Kak Riko sepertinya menyadari hal itu.

“Kangen ya sama si monyet?”

Aku mengangguk. 

“Sini... ikut...” ujar kak Riko sambil berlalu ke kamarnya.
Ia lalu membuka laptopnya dan mengotak-atiknya untuk beberapa saat. 

“Sini... Ini ada dia!”

Aku mengernyitkan dahi. Maksudnya? Hmm... Aku berjalan ke arah kak Riko, duduk disebelahnya. Astaga, itu kak Wildan! Kami melakukan video conference! Duh, bodohnya aku... tentu saja bisa bertemu kan ada Skype, ada internet, ada YM ada semuanya!

“Hai kak!” sapaku
“Hai cute...” balas kak Wildan dari jauh.
“Heh,nyet... dia udh jadi pacar orang jangan asal muji...” balas kak Riko.

Aku lalu mencubit perut kak Riko. Ia cuma bisa mengerang. Kak Wildan tertawa kecil dari kejauhan.
“I miss you kak.. Kamar kamu jadi kosong, rumah ini juga sepi banget...”
“I miss you too, Dek... Ini capek banget abis kerja... masih bingung juga sama kondisi di kost baru...” ujarnya.
“Gue ga kangen sama elu nyet” tiba-tiba kak Riko menggoda kak Wildan.
“Halahh ga penting elu... Gimana dan? Ada tanda-tanda si Riko bertingkah aneh? Buat kamu kesel?”
“Hahaa... nggak kak.. we’re fine...”

Tok! Tok! Ku dengar pintu depan diketuk. Kak Riko beranjak dari kasurnya dan segera kedepan.

“Bentar kak... Ada yang dateng...”
“Siapa?”
“Ya ga tau, makanya kak Riko lagi bukain pintu.. Hehe....”

Aku mengobrol untuk beberapa saat dengan kak Wildan. Sedikit mengobati rasa kangenku kepadanya. Sudah lima menit kak Riko tak kembali ke kamar. Siapa didepan? Teman kuliah kah?

“Kak, aku kedepan dulu ya.... mau cek siapa yang dateng..”
“Oke... “ balasnya.

Aku beranjak meninggalkan kamar kak Riko. Melangkah kedepan dan mendapati seorang pria seumuranku berdiri didepan kost kami. Sepertinya kak Riko memasang muka serius. Kenapa kak Riko ga menyuruhnya masuk? 

“Kok ga disuruh masuk kak?” tanyaku.

Kak Riko sedikit terkejut. 
“Hah... nngg... nggak perlu, Dan...”
“Siapa itu?” ujar sang tamu.
“Bukan urusanmu..” jawab kak Riko.
“Oh... Seleramu ga berubah ya...” jawabnya lagi.

Aku bingung. Maksudnya apa? Siapa orang yang datang ini?

to be continued...